Sabtu, 13 November 2010

Awas Flu Burung


Flu burung, yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia kesehatan, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza dengan subtipe H5N1. Gejala-gejala orang yang terinfeksi virus ini antara lain: demam, menggigil dan pegal-pegal (myalgia) yang rata-rata, masa inkubasi sampai munculnya gejala-gejala tersebut adalah 2 hari (interval 1-4 hari) dari awal terpapar virus. Apabila tidak ditangani dengan serius, komplikasi yang akan muncul yakni pneumonia sekunder bakteri, pneumonia viral, myocarditis dan encephalitis.

Penamaan virus influenza didasarkan pada tipe protein permukaan, Hemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N). Hemaglutinin berfungsi membantu virus memasuki sel, terdapat 20 varian atau subtipe. Sementara neuraminidase, berfungsi membantu virus keluar dari sel dan menginfeksi sel lain, terdapat 9 varian atau subtipe.

Transmisi influenza dapat melalui 3 cara, antara lain: Transmisi kontak (misal saat berciuman), penyebaran droplet ( misal saat batuk atau bersin) dan penyebaran aerosol ( jarang, mungkin pada lingkungan padat). Terapi dan profilaksis untuk pasien yang terkena flu burung dapat berupa Adamantanes (rimantadine, amantadine) dan juga inhibitor neuraminidase (zanamivir, oseltamivir).

Mencegah lebih baik daripada mengobati, menanggapi munculnya kasus flu burung di Indonesia, pemerintah tidak tinggal diam Terdapat 6 strategi yang ditetapkan pemerintah dalam mencegah pandemi dari flu burung, antara lain:
  1. Penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), hal ini dimaksudkan agar penyebaran virus dari luar dapat dicegah. Indonesia memiliki 48 kantor kesehatan pelabuhan, dan 25 diantaranya mempunyai akses internasional. Langkah-langkah yang ditempuh diantaranya memberlakukan health alert card, pemasangan thermal scanner, penyiapan alat pelindung diri dan pemantauan setiap penumpang yang datang.
  2. Logistik (terutama obat dan Alat pelindung diri), penyediaan obat tamiflu dan mendistribusikan ke setiap puskesmas.
  3. Penyiapan Rumah sakit, berupa penyediaan ruang isolasi, penetapan prosedur diagnosis dan terapi danmempersiapkan petugas kesehatan yang terampil.
  4. Penguatan surveilans epidemiologi, berupa pengintesifan surveilans Influenza Like Illness (ILI) di 20 puskesmas sentinel, intensifikasi surveilans di pelabuhan laut dan udara, terutama pelabuhan/bandara Internasional, menambah lokasi sentinel ILI di 25 puskesmas baru dan surveilans di masyarakat.
  5. Penguatan laboratorium, berupa pengintesifan laboratorium regional dan pemenuhan reagensia.
  6. Komunikasi edukasi dan informasi, berupa pembuatan spanduk di tempat-tempat umum, pembuatan stiker/pamflet/brosur dan media publikasi lainnya, mengadakan jumpa pers dan pers release secara berkala dan memberdayakan masyarakat melalui desa siaga.
Dalam rangka mengeradikasi keberadaan flu burung di indonesia, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah perlu sigap dan tegas menjalankan kebijakan yang telah dibuat dan masyarakat haru mendukung program-program yang telah ditetapkan pemerintah, menjaga kebersihan, mencuci tangan dan menggunakan masker saat flu perlu digalakkan oleh seluruh lapisan masyarakat agar transmisi virus influenza dapat dicegah.


referensi:
Lecture New Emerging disease: Avian Influenzae-Coronavirus/SARS, dr. Titik Nuryastuti M.Si, PhD.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar